Salah satu nikmat tinggal di Saudi adalah bisa bepergian ke dua tanah suci kapanpun kita mau. Dan bagi mahasiswa, waktu liburan antar semester seperti saat ini merupakan waktu yang cocok untuk ziarah ke Mekkah dan Madinah. Alhamdulillah, tanggal 2 Januari hari Sabtu kemarin kami (saya dan 3 orang teman) bisa berkunjung ke kota Nabi. Ini merupakan perjalanan pertama saya ke Madinah semenjak mulai tinggal di Jeddah untuk studi S3 ini. Tulisan ini merangkum perjalanan kami.

Bagi kami-kami yang belum memiliki mobil selama tinggal di Saudi ini, cara terbaik pergi ke Madinah ya dengan menggunakan angkutan umum. Kami memilih menggunakan bis SAPTCO (Saudi Public Transport Company). SAPTCO ini merupakan perusahaan transportasi milik pemerintah Saudi yang armadanya menjangkau hampir semua kota di Saudi plus beberapa tujuan di negara tetangga. Keistimewaan SAPTCO yang lain, selain bis-nya yang nyaman, SAPTCO ini memberikan diskon 50% bagi pelajar di Saudi, tidak terkecuali kami-kami mahasiswa asing di KAU.

Harga normal trayek Jeddah-Madinah adalah 92 SAR, namun dengan diskon kami hanya bayar 46 SAR. Tiket bisa dibeli secara online di website SAPTCO, lewat aplikasi mobile SAPTCO, atau langsung di SAPTCO station. Cara pertama dan kedua sebenarnya cara yang paling efisien dan nyaman. Namun kemarin kami mengira kalau harga pelajar hanya bisa didapatkan dengan cara membeli tiket langsung di SAPTCO station dengan menunjukkan KTM, walhasil kami pun go show ke station-nya. Setelah pulang dari Madinah, terbukti ini pemahaman yang salah karena harga khusus pelajar pun ternyata bisa didapatkan dengan membeli tiket secara online.

Secara keseluruhan, perjalanan dari asrama mahasiswa KAU sampai ke masjid Nabawi di Madinah terbagi menjadi beberapa rute sebagai berikut:

Asrama Mahasiswa KAU - SAPTCO Station Jeddah

SAPTCO station Jeddah lokasinya ada di Balad, dekat sekali dengan Corniche, semacam pasar yang sudah sangat terkenal di kalangan jamaah umroh asal Indonesia. Nah, SAPTCO station Jeddah ini hanya tinggal menyeberang jalan saja dari Corniche. Dari asrama mahasiswa KAU sendiri, jaraknya sekitar 15 km. Rutenya ada di gambar ini:

Untuk mencapai SAPTCO station Jeddah, kami menggunakan angkutan online Jeeny (semacam Gocar atau Grab di Indonesia). Biayanya 22 SAR.

SAPTCO station ini semacam terminal bis kalau di Indonesia, cuma tidak terlalu besar dan memang khusus digunakan untuk armada SAPTCO saja. Berangkat dari asrama hampir jam 10 pagi dengan harapan dapat tiket jam 11. Qaddarullah karena beli tiket go show, slot jam 11 sudah habis dan kamipun dapat trip jam 13.30. Beberapa penampakan SAPTCO station Jeddah:



Bis alhamdulillah berangkat tepat waktu dengan perkiraan waktu tempuh selama 5 jam. Interior bis lumayan bagus dan di tiap tempat duduk ada slot USB di bagian bawah depan (dekat pijakan kaki) untuk charging HP:


SAPTCO Station Jeddah - Madinah

Jalur Jeddah-Madinah ini merupakan jalur yang para jamaah umroh Indonesia tentu sudah familiar. Jaraknya kurang lebih 417 km, dengan rute seperti ini:

Secara umum tidak ada yang istimewa dengan jalur ini. Di sepanjang perjalanan, sesuai ekspektasi, kami disuguhi pemandangan padang pasir tanah Arab:

Alhamdulillah kami tiba di SAPTCO station Madinah kurang lebih jam 18.30, sesuai perkiraan. Jarak dari SAPTCO station Madinah ke masjid Nabawi tidak terlalu jauh, kurang lebih sekitar 200 m (perkiraan kasar). Kami memilih jalan kaki ke masjid Nabawi sekaligus mencari hotel di sekitar masjid.

Di Madinah

Rule of thumb mencari hotel di sekitar masjid Nabawi simpel saja. Semakin dekat dengan masjid tentu semakin mahal. Ada teman saya yang dapat penginapan (losmen) dengan harga miring, 70 SAR untuk 1 kamar dan itupun bisa dibagi 6 orang. Kalau kami sih pengen agak memanjakan diri kemarin, makanya nyari di dekat masjid Nabawi. Kami pun menginap di hotel Miraj Al Salam, dimana kami menyewa 1 kamar dengan 4 tempat tidur dengan harga 190 SAR.

Oh ya, saya lihat banyak hotel yang tutup kemarin (atau memang sepi?). Mungkin karena pemerintah Saudi sedang menutup penerbangan internasional kemarin, untuk mencegah penyebaran strain baru Covid 19. Akibatnya memang tidak ada jamaah umroh dari luar Saudi yang biasa memadati masjid Nabawi. Dan mungkin karena itu juga, kami kemarin kesulitan mencari tempat makan di sekitar masjid karena math’am tutup semua. Walhasil, kami harus mencari ke tempat yang agak jauh dan menyeberang jalan besar untuk sekedar beli makan.

Tapi, semua kesulitan yang kami alami terbayar tuntas dengan melihat dan mengunjungi masjid Nabawi dengan segala kemegahannya. Berbeda dengan Masjidil Haram di Mekkah, untuk mengunjungi masjid Nabawi tidak diperlukan ijin (permit) lewat aplikasi Eatmarna, kecuali jika hendak berkunjung ke Raudhah. Bagi saya pribadi, ini kunjungan ke Madinah pertama setelah 6 tahun. Terakhir mengunjungi masjid Nabawi di awal tahun 2014, ketika itu saya umroh dari Indonesia bersama istri. 6 tahun berlalu, Madinah masih sama seperti dulu: bersih, tertata rapi, dan membuat pengunjungnya betah berlama-lama di sana. Beberapa hasil jepretan saya di masjid Nabawi:





Otoritas masjid Nabawi sudah memperbolehkan anak-anak untuk ikut masuk dan beribadah di dalam masjid. Hal ini berbeda dengan di masjidil Haram. Makanya, ketika di luar waktu solat, pelataran masjid Nabawi sangat ramai dengan anak-anak yang berlari-lari kesana kemari. Mudah-mudahan ini pertanda bahwa Madinah memang sudah aman dari pandemi Covid 19.

Kami sempat melihat-lihat juga beberapa bangunan masjid kuno tak jauh dari masjid Nabawi. Di sana ada masjid Al Ghamamah, masjid Abu Bakar ash-Shiddiq, masjid Ali bin Abi Thalib, dan yang agak jauh ada masjid Umar. Bangunannya sungguh unik dan eksotik. Yang terjepret saya ini adalah masjid Al Ghamamah:

Selain mengunjungi masjid Nabawi, kami juga berkunjung ke masjid Quba. Berkunjung ke masjid Quba dan sholat dua rakaat di dalamnya merupakan salah satu amalan yang dianjurkan ketika mengunjungi Madinah dan ada janji pahala bagi yang melakukannya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits,

الصَّلاَةُ فِى مَسْجِدِ قُبَاءٍ كَعُمْرَةٍ

Shalat di masjid Quba’ pahalanya seperti umroh.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, hasan)

مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ أَتَى مَسْجِدَ قُبَاءٍ فَصَلَّى فِيهِ صَلاَةً كَانَ لَهُ كَأَجْرِ عُمْرَةٍ

Siapa yang bersuci di rumahnya, lalu mendatangi masjid Quba’, lantas ia melaksanakan sholat di dalamnya, maka pahalanya seperti pahala umroh.” (HR. Ibnu Majah dan An-Nasai, hasan)

Dari masjid Nabawi, jarak ke masjid Quba sekitar 7 km. Kami menggunakan taksi online Jeeny lagi untuk bertolak ke sana. Dari hotel, tarif ke masjid Quba 10 SAR dan dari masjid Quba ke masjid Nabawi 11 SAR. Beberapa foto di masjid Quba:




Setelah solat dzuhr di masjid Nabawi (dijamak sekalian dengan Ashar), kami check out dari hotel, makan siang, dan kemudian bertolak ke SAPTCO station untuk kembali ke Jeddah. Karena sudah sangat capek dan pegel-pegel, kali ini kami ndak jalan kaki lagi ke SAPTCO station-nya. Kami kembali memakai Jeeny, tarifnya 10 SAR.

Kami kebagian trip jam 18.00, dengan perkiraan waktu tempuh sekitar 5 jam 40 menit. Tiba di station Jeddah agak molor karena lalu lintas yang padat merayap ketika memasuki Jeddah. Kurang lebih jam 00.30 alhamdulillah kami tiba di asrama mahasiswa KAU.

Allahumma taqabbal minna…